Kutai Timur – Namanya Goa Lorong Air. Lagi-lagi Kecamatan Karangan salah satu Kabupaten di Kutai Timur (Kutim) memang sudah ditakdirkan punya potensi alam kelas dunia karena levelnya wisata minat khusus goa. Jika dipetakan wisata di Karangan nyaris menyuguhkan ekosistem jajaran pegunungan karst yang didalamnya terdapat goa-goa tersembunyi di tengah rimbunnya lebatnya hutan. Tempat ini jarang dijamah oleh traveler pasalnya lokasinya hanya diketahui oleh penduduk lokal.

Kahar Bejo, pekerja swasta asal Sangatta menceritakan pengalamannya. Beberapa waktu lalu masih di tengah pandemi Covid-19, ia memutuskan berkelana kembali Karangan. Saat itu Bejo sapaan akrabnya didampingi guide lokal asal Desa Karangan Dalam yaitu Sumardi dan tim organisasi Pemuda Karangan Pecinta Alam (Pekapela).
“Saya diberitahu Sumardi, jika ada Goa Lorong Air. Goa ini berbeda dengan goa di pegunungan karst di Karangan seperti sebuat saja Goa Mengkuris, Goa Araraya, Goa Rimba, Goa Ampanas, dan sebagainya,” jelasnya.
Selain itu, kata Bejo di sana ada goa yang menjadi kerajaan habitat hewan kelelawar, jumlahnya ribuan bahkan ditemukan sarang burung walet.
“Belum lagi ketika masuk ke lambung goa banyak ditemukan jajaran stalagmit dan stalaktit sekaligus ada sungai di dalam goa yang membuat siapa saja yang bertandang bisa meyalurkan hobi memancingnya,” ucap pria alumnus pendakian merah putih di Gunung Beriun Karangan pada Bulan Agustus lalu.

Pria yang juga hobi memancing ini langsung mengangkat persneling gigi mobil dobel gardan dari Sangatta menuju Karangan dengan estimasi waktu 7 jam perjalanan. Ia disambut oleh Feri dan Putra dari Pekapela yang akan bersama-sama berangkat ke Goa Lorong Air. Dilanjutkan dengan menuju pintu rimba di Jalan Karangan – Batu Lepoq di Kilometer 19 yang membutuhkan waktu sekitar 45 menit melintasi jalan tanah.
Lanjut Bejo, akses menuju Goa Lorong Air terbilang ekstrem dan jalurnya untuk traveler yang cukup berpengalaman. Sepanjang perjalanan trek didominasi jalur lumpur. Sementara itu yang paling menantang adalah traveler harus siap terjun ke dalam aliran sungai untuk menyeberang.
“Ini satu-satunya akses jalan melintasi jalan sungai sepanjang 30 meter. Arus cukup deras kita gunakan tali webbing untuk melintas,” ulasnya.
Ditambahkan Bejo, setelah menyusur aliran sungai selanjutnya menuju lambung Goa Lorong Air untuk ngecamp. Dibutukan waktu sekitar 2 jam ke pos terakhir, sebelum esok summit (puncak). Kicauan orangutan dan burung enggang sayup-sayup terdengar menghiasi perjalanan. Banyak juga di sekitar area pohon yang sudah tumbang ditumbuhi jamur. Di tengah perjalanan traveler juga akan disuguhkan dengan pemandangan menakjubkan riam-riam jeram yang ada di aliran Sungai Goa Lorong Air. Sangat cocok buat olahraga arung jeram. Bisa dikatakan masih banyak potensi tersembunyi yang masih di eskplor alamnya.
Setelah trekking cukup jauh menembus rimbunnya belantara, traveler harus masuk ke dalam lambung karst yang bentuk vertikal sepanjang 7 meter yang di tengahnya ada lubang.

“Kita akan masuk ke situ. Jalur itu satu-satunya akses menuju pos terakhir karena tidak ada akses lain. Tetap waspada untuk menaikinya karena licin,” urai Sumardi.
Akhirnya perjalanan sepanjang 6 kilometer dari pintu rimba tiba di pos terakhir Goa Lorong Air untuk ngecamp dan menyalakan api unggun.
“Ini tempat istirahat di dalam goa, layaknya hotel berbintang versi alam kita tidak kepanasan bahkan kehujanan. Bonusnya bisa memandang atap goa karst yang eksotis rasakan sensasinya,” tambah Sumardi disambut tawa Bejo.
Sumardi dalam kesempatan itu turut menceritakan sejarah singkat Goa Lorong Air. Di dalam goa ini banyak ditemukan sarang burung walet yang jika diuangkan bisa bernilai ratusan juta. Pemuda yang mempunyai usaha kios burung ini pernah menjaga sarang selama kurang lebih 90 hari jika ditotal bisa sampai tiga bulan. Uniknya goa ini mempunyai sungai yang di dalamnya terdapat ikan hidup sejenis gabus dan sidat. Sungai ini terbentang luas dari hilir goa menuju hulu mengaliri ekosistem sekitarnya.
“Kita akan memancing ikan buat santap malam. Lokasinya berada di bawah goa ini menuruni jalur sekitar 200 meter,” terangnya.
Selepas salat ashar, Sumardi mengajak rombongan traveler untuk memancing dengan menuruni trek menyisir ke arah kiri. Sebelum masuk ke goa sungai, tampak mulut goa seperti tenggorokan mulut manusia yang menganga. Untuk menuju ke mulut goa menaiki anak tangga karst setinggi 20 meter. Takjub, hamparan karst dengan stalagmit dan stalaktit begitu memesona dengan jelas. Secara dekat bisa menyaksikankan langsung keunikan batu khas karst “hidup” yang ditandai dengan tetesan-tetesan air dari stalaktit.
Untuk menuju sungai, harus menyisir jalan masuk ke lambung goa sepanjang 100 meter dan membawa penerangan head lamp atau senter karena kondisinya gelap. Betul saja, hampir setengah jalan masuk ke Goa Lorong Air ketika kepala menegak ke atas kumpulan ribuan kelelawar menempel di dinding ataa goa. Lokasi ini memang menjadi favorit kelelawar untuk tidur karena gelap dan lembap.
“Serasa di Rumah Bruce Wayne si Batman (tokoh super hero DC Comics), ada ribuan kelelawar keluar masuk goa. Pengalaman perjalanan di alam bebas yang menyenangkan bahkan sangat berbekas,” ungkap Putra.
Mahasiswa asal Karangan yang kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman mengutarakan tempat ini cocok juga untuk penelitian goa bahkan bisa penelitian mengenai kelestarian fauna goa melalui pendidikan konservasi.
“Melakukan metode observasi lapangan dan studi literatur pemetaan untuk mengetahui karakteristik fauna goa akhirnya terkumpul data dan informasi yang lengkap Goa Lorong Air yang akhirnya bisa menjadi profil ekowisata berkelas bagi penggemar traveler yang suka masuk goa,” jelasnya.